ah, gerimis lagi. dikelopak.
“bukankah gerimis itu adalah dzikir-dzikir kelopak? ia akan sublim bersama cahaya doadoa.”
kurasa ini memang tetes doa, agar suatu hari ada yang menghapus dan memeluknya.
“kau tau, ia juga tengah berdiri takzim di pilarpilar senja. memeluk doa yang sama, menanti purnama. menghidu wangi dzikir-dzikir kelopakmu.”
aku tahu, dan hanya kesabaran yang membuatnya kelak erat menggenggam, jemari yang samasama menengadah pada-Nya.
kebumen, ramadhan 27
** coklat with strawberry ^,^
Gerimis selalu membawa cerita yang begitu manis untuk dikenang.
LikeLike
:))
LikeLike
Slalu suka baca tulisannya mb titin…Indah…^_^
LikeLike
teh tanya donkmenghidu teh naon?
LikeLike
betuul ^,^
LikeLike
hei, neng ;d
LikeLike
nuhun 🙂
LikeLike
menghidu=mencium, Mba Anty.. ^,^
LikeLike
bahsa naon eta? sastra pisan nya tehaduuuh maklum abdi rakyat jelata, bahasana 😀
LikeLike
anty: bhsa indo yg jelas, nemu dibelantara kata. cek deh di kbbi.~halah! :d
LikeLike
kalau saya, gerimis bikin sedih. pernah nangis di bawah gerimis. dan hasilnya berupa tulisan berjudul lelaki dan gerimis*malah promosi
LikeLike
Mau coklat rasa stroberi dong.
LikeLike