hujan, jingga dan secangkir teh (2)

: aku
nyata kulihat ia semakin resah.
berpuluh irisan apel merah fuji dihabiskannya seorang diri. sudah lama ditinggalkanya wangi aroma kopi. tubuh itu makin renta, tapi tidak senyum dan tatapnya. tetap utuh berpenghuni.
angin selatan takjua membawa berita. pun rindu utara yang belum lagi tergenapi. lirih ia mengadu, perih ia mengaduh. duhai, yang Mahasatu, kapan ianya mengetuk pintu. aku rindu. hujan meluruh diujung saku bajunya yang memudar jingga. di sudut meja, aroma teh menguar beku.
Bandung, 5 Agustus 2011

16 thoughts on “hujan, jingga dan secangkir teh (2)

Leave a reply to titintitan Cancel reply