: aku
nyata kulihat ia semakin resah.
berpuluh irisan apel merah fuji dihabiskannya seorang diri. sudah lama ditinggalkanya wangi aroma kopi. tubuh itu makin renta, tapi tidak senyum dan tatapnya. tetap utuh berpenghuni.
angin selatan takjua membawa berita. pun rindu utara yang belum lagi tergenapi. lirih ia mengadu, perih ia mengaduh. duhai, yang Mahasatu, kapan ianya mengetuk pintu. aku rindu. hujan meluruh diujung saku bajunya yang memudar jingga. di sudut meja, aroma teh menguar beku.
Bandung, 5 Agustus 2011
Semoga langit tetap membaca segala doa dan harapanmu.
LikeLike
Sedih.. 😦
LikeLike
Smg Allah berikan yang terbaik, Allah pengabul do’a dan harap, jd jgn berhenti berdo’a dan berharap
LikeLike
keren sekali …suka … he he he …
LikeLike
Semoga segera berkesudahan resahnya..
LikeLike
pasti. InsyaAllah.. 🙂
LikeLike
he? ko malah jd sedih, mba..
LikeLike
aamiin. nuhuun.insyaAllah ^,^
LikeLike
nuhuuuuun
LikeLike
aamiin ^,^
LikeLike
ya ampun, beruntungnya yang dikasih puisi ini..*ngelap keringet*
LikeLike
ahahha!yeaaah,. Lelaki Matahari ^,*istirahat, dulu Mba.. jgn cepet2 larinya, bisi cape ;d
LikeLike
ah.. lelaki matahari….semoga bisa segera terbit di hati kamu ya*kedip2*
LikeLike
dia selalu ada. meski taklagi bersanding raga.^,*
LikeLike
oooo, baiklah…*peluk lagi*
LikeLike
>:D<!–
LikeLike