untukmu Lelaki Matahariku;

bismillah,

9 desember,
Bandung hujan..
Saat-saat yang amat kunikmati . Apalagi jika diawali dengan bau basah tanah yang, hmm.. harum sekali. Maka aku akan senang sekali berdiri di tepian jendela sembari memandangi rintik hujan yang kian menderas.

Apa kabar Kebumen kita? Semoga hujannya tidak sesering di Bandung, sehingga tidak membuatmu bertambah dingin karenanya.

Hampir dua bulan ini, tak kudengar pintu depan di buka tiap subuh, pertanda kau hendak berjamaah subuh di mushalla dekat rumah Tak kudengar pula suara deru motormu tiap pagi dan selepas dzuhur. pertanda kau berangkat dan pulang dari mengajar. Ya, hampir dua bulan ini kau terbaring. hanya bisa terbaring tanpa bisa melakukan aktivitas selainnya. Ah yaa.. sebulan tepatnya, sebab sebulan berlalu, aku meninggalkanmu.

“Mba In kondur kapan? Bapak kena radang sendi..”

Itu bunyi sms dari Rindu pagi tadi, jujur aku kaget. Membayangkan kau masuk Rumah Sakit kembali. Membayangkan kau yang tak pernah sedikitpun mengeluh, membayangkan kau yang berkaca karena merasa merepotkan kami, membayangkan kau..

huuuft.. aku gak berani membayangkan apapun lagi.

Tak pernah aku sekhawatir ini, tak pernah pula aku sesedih ini. Bahkan saat kudengar mobil yang kau tumpangi beserta keluarga jatuh kejurang yang menyebabkanmu patah iga beberapa tahun yang lalupun, aku masih bisa tenang. Dan tersenyum..

Kau, yang tak pernah sekalipun memarahiku. Kecuali saat aku maghrib belum jua pulang dari rumah salah seorang teman. Ya, sekali itu saja seingatku. Selebihnya kau selalu mendukungku, memenuhi segala inginku. Kau yang selalu tersenyum menungguku di pintu kereta saat aku mudik, kau yang selalu mengalah berangkat sedikit siang demi mengantarkanku balik ke bandung. Bahkan dulu sekali, saat pertama-pertama aku mudik, kau bersedia mengantarku hingga stasiun Bandung dan langsung menunggu pemberangkatan kreta selanjutnya tanpa mampir kekosan. Ya.. kau hanya ingin memastikan putri tersayangmu sampai dengan selamat. Terakhir kau mengantarkan keberangkatanku ke Jakarta seminggu setelah Idul Fitri kemarin.

Kau yang selalu mendukung setiap kegiatanku. Meski itu membuatku terlambat keluar kampus. Bahkan kau bersedia menerima alasanku untuk selalu ikut aksi demonstrasi meski Ibu dan Kaka melarangku keras. “Asal jangan berada didepan yaa..” katamu waktu “kupaksa” mengiyakan pintaku.

Aah.. Lelaki Matahariku,
tak terasa kaca ini retak, menulisi segala kebaikan yang tak ada habisnya tentangmu. Dahulu.. aku selalu merasai aroma kebanggaanmu kepadaku. Saat nilai sekolahku selalu baik, saat berhasil masuk sekolah favorit saat memakai jilbab.. saat.. Ya, kau selalu bangga terhadap anak-anakmu meski kami belum lagi memenuhi semua pintamu.

Dan sungguh, aku merasakan kerepotan yang teramat sangat tanpamu. Tanpa sesosok laki-laki hebat dirumah. Hanya ada Ibu dan adik yang masih belum bisa di andalkan pasca melahirkan. Hingga aku yang harus wara wiri mengurus beberapa hal yang biasa kau lakukan.

Wahai lelaki matahari,
Semoga Allah menjagamu selalu, memberikan sepenuh-penuh berkah kepadamu. Dan lihatlah, gadis kecilmu ini takkan lelah berjuang, gadis kecilmu akan selalu berusaha keras menoreh senyum bahagia di wajahmu juga wajah rembulan Ibu..

“Rabbighfirli dzunuubi waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shaghiira”



7 thoughts on “untukmu Lelaki Matahariku;

  1. saatnyabercerita said: *peluk titin*semoga cepet membaik semoga bapak dan juga keluargamu selalu diberi kekuatan dan kesabaranaamiin

    gerimis menderas……”Rabbighfirli dzunuubi waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shaghiira”Rabb muliakanlah bapak-bapak kami selalu….salam takzim buat bapak ya tien..

    Like

Leave a comment