Wisata Murah Meriah ke Tangkuban Perahu

Hari mulai siang ketika aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke Tangkuban Perahu. Sehari sebelumnya seorang teman dari kota sebelah datang. Dan tentu saja, ia tak mau hanya berdiam di kosan ditemani tumpukan buku dan cemilan. Sebenarnya kami ingin pergi ke Kawah Putih, tapi mengingat hujan yang taktentu datangnya membuat kami memutuskan untuk ke Tangkuban Perahu saja, dengan asumsi rutenya lebih mudah dan lebih manusiawi bagi kantong kami.

Perjalanan dimulai menggunakan angkot Kalapa-Ledeng. Perkiraan hanya sejam sampai 2 jam kami sampai terminal Ledeng. Ya, kosanku berlokasi di dekat terminal Kalapa, yang artinya satu rute angkot Kalapa-Ledeng penuh kami lewati. Perjalanan cukup lancar dan tak ada kemacetan yang berarti meski tengah weekend. Sampai di terminal Ledeng, kami langsung mencari elf jurusan Subang. Meski sudah pernah ke Subang, tapi kami memilih untuk jalan memutari terminal sembari membeli air mineral untuk kemudian mencari informasi mengenai Tangkuban Perahu. Elf Bandung-Subang selalu penuh, seperti biasa. Bahkan ada salah seorang penumpang yang rela duduk begitu saja di pintu, karena kursi di dalam mobil sudah penuh terisi.

Perjalanan selama satu setengah jam ke pintu masuk Tangkuban Perahu tidak terasa. Laki-laki yang duduk di pintu mobil melompat turun, diikuti oleh kami. Ternyata dia juga mempunyai tujuan yang sama dengan kami, menengok gunung yang menjadi legenda kisah cinta Sangkuriang dan Dayang Sumbi.

Bagi pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, jangan kaget, sebab di pintu masuk kawasan Tangkuban Perahu banyak sekali calo yang menyambut. Saat itu sudah ada dua orang pendatang yang tampaknya juga tengah mencari solusi naik ke atas tanpa terjebak oleh tawaran calo yang kadang tak masuk akal. Karena itu ketika kami tiba di pintu masuk kami masih liat-liat kondisi sambil browsing kembali, mencari informasi tentang berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk naik.

Akhirnya, atas nama kepentingan serupa, kami bersama-sama menawar mobil untuk naik ke lokasi wisata. Kami? Iya, aku dan temenku, laki-laki yang turun bersama kami dari elf serta dua orang laki-laki pendatang dari Jakarta yang memang sengaja menunggu kalau-kalau ada rombongan naik. Sebelumnya mereka ditawari harga angkot sampai Rp100.000 PP. Di awal penawaran Bapak calo dengan sangat meyakinkan menyebut nominal Rp60.000 (belum termasuk tiket masuk sebesar Rp13.000) sebagai harga yang murah. Lalu berubah menjadi Rp120.000 PP plus harga tiket. Namun kami masih menimbang-nimbang, sebab berdasar informasi seorang teman, angkot ke atas hanya berkisar Rp25.000. Tawar menawar masih terus berlangsung, dari Rp90.000, Rp70.000 hingga akhirnya mentok di angka Rp50.000 naik turun dan di antar sampai Lembang, sementara itu tiket bayar sendiri.

Deal. Kami pun naik dan keketawaan sendiri mengingat tragedi tiket tersebut. Meskipun satu mobil, tapi tak banyak yang kami bicarakan, kecuali kenalan nama dan meminta nomor kontak untuk kembali menaiki mobil yang sama. Aku dan Ika memang tak berencana berlama-lama di atas. Hanya ingin berjalan-jalan sebentar dan kemudian turun kembali. Pun dengan Hardy, salah seorang anggota rombongan yang akhirnya menjadi teman perjalanan dan tukang poto kami, ia masih ada ada acara di Bandung. Maka sejam kemudian, setelah sempat shalat dzuhur, kami meng sms-an mobil yang siap mengantarkan kami turun kembali hingga Lembang.

Siang itu di Tangkuban Perahu tak terlalu cerah. Langit abu menjadi terlihat sama warnanya dengan nuansa bebatuan di kawah serta pohon-pohon yang meranggas. Setelah foto-foto ala kadarnya, kami bergegas pulang. Yaa, setidaknya sebagai bukti pernah ke sini,  kata Hardy.

Hmm.. andai saja kuajak Riska saat itu tentu aku bisa menumpang Agya-nya. Dan nggak akan kerepotan serta bisa lebih nyantai di atas. Poto-poto pun tentu bisa lebih puas, karena merasa tidak ada yang  menunggu dan ditunggu. Dan lagi, bisa bebawaan bekel makan sianglah. Bisa gaya pulak #eh.

Hw, numpang? Iya setidaknya sekarang masih numpang. Meski pas udah ngrasain Agya-nya Riska, jadi pengen punya juga. Nampak mungil dan ramping dari luar siy, tapi lega di dalemnya mah. ruang buat bagasinya oke banget. Cocok buat pere yang suka rempong bawaannya kalau travelling. Pengen warna apa yah..?

Eiya, ini budget kalau naik turun angkot backpacker ala-ala sebelum adanya kenaikan BBM. Sehubungan ada kenaikan BBM, pasti budgetnya akan bertambah. Kami start dari Bandung kota dan kembali ke kota. Tentu berbeda jika perjalanan dilakukan dengan kendaraan pribadi, semisal Agya. Jatuhnya lebih nyaman plus murah. Nggak panas dan nggak desek-desekan di elf pula. Perjalanan akan tenang dan gak akan ngegerundel karena gak nyaman sana sini.

–          Kalapa –Ledeng                                                             :   Rp4000

–          Ledeng-TK Perahu                                                         : Rp15.000

–          Pintu Masuk-Puncak PP sampai Lembang                     : Rp50.000

–          Lembang-Sta. Hall Bandung                                           : Rp10.000

–          Sta Hall-Leuwi Panjang                                                   : Rp   3500

Jumlah                                                                                        : Rp82.500

This slideshow requires JavaScript.

12 thoughts on “Wisata Murah Meriah ke Tangkuban Perahu

Leave a comment