Mari Ke Semarang Demi #OOTD

stasiun tawang

stasiun tawang

 

Awal Januari, 

“Kayaknya enggak enak deh, kalau sampai entar si tante nganterin kita. Kan kita pasti banyakan poto-potonya.”

Kami –aku, Ninu dan Teh Nana, sedikit berbisik membicarakan rencana jalan-jalan keliling Semarang esok hari.

Malam itu, sekira pukul 20.00 kami baru sampai di rumah asri Tante Ami di Jl. Mayjen Soetoyo. Semarang yang sejak maghrib diguyur hujan cukup mendinginkan suhu yang menyengat dua hari ini. Tante Ami, suami, Jodi serta Damnti dengan ramah menyambut kami, bahkan sudah tersedia menu lengkap siap santap di meja makan.

Sepanjang perjalanan setahun ke berbagai daerah, rasanya baru kali ini extend dan niat jalan-jalan. Biasanya setelah lelah berkunjung dari rumah ke rumah mencari informasi serta foto, kami hanya jalan sekadarnya saja dan kemudian pulang.

Malam itu kami tidur nyenyak, tanpa terpikir apapun soal kerjaan, tak seperti malam sebelumnya. Persis seperti celotehan si teteh, “Kok kalo jalan-jalan gini enak yah, gak keinget kerjaan. Beda sama hari kemaren, meski jalan ke tempat wisata tetep aja gak santai.”

pintu dan daun jendela

Suasana masih sepi, ketika Jodi menurunkan kami di Lawang Sewu pukul 09.00 lebih. Iya, akhirnya kami hanya diantar sampai Lawang Sewu, Tante Ami ada agenda, pun Jodi. Matahari sudah tampak garang, Mba-Mba penjaga tiket menyerahkan 3 tiket seharga Rp10.000 kepada kami. Itu karena weekend, kalau weekdays cukup Rp5000 saja untuk dapat berkeliling Lawang Sewu. Oiya, ada jasa guide juga, paling Rp30.000 kata Ninu. Tapi gaktau juga, enggak sempet tanya waktu itu.

“Ada gak yah, yang berani pacaran di sini? Kan serem.” Kata Teh Nana.
“Ada kali, Teh. Mungkin malah banyak.” Kami bertiga tergelak.

Lawang sewu berarti pintu seribu. Menurut Wikipedia dahulu lawang sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah.

Katanya jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser).

Pertama kali masuk ke lingkungan Lawang Sewu, aku merasa seperti suasana di sekitar gedung sate, mungkin karena sama-sama bangunan tua yang berwarna putih. Pintu dan jendelanya memang banyak sekali.

Aku tak merasakan aura apapun di sana, meski ruangan yang luas, jendela serta pintu yang besar menimbulkan kesan yang berbeda.

Kondisi Lawang Sewu cukup bersih dan menyenangkan untuk sebuah bangunan tua. Memang seharusnya beginilah keadaan bangunan yang menjadi cagar budaya. Namun ada satu gedung yang ternyata sudah ditutup untuk umum.

Di bagian belakang ada kamar mandi yang bersih dan nyaman, berdekatan dengan smooking area. Menurutku bagian paling spooky itu justru smooking area tersebut. Sebenarnya tempat itu hanya semacam beranda dengan kursi-kursi tua yang berjajar, tapi mungkin karena letaknya tertutup gedung dan di pojok, jadi kelihatan lengang.


Sebenarnya tak sampai satu jam jika ingin menyusur Lawang Sewu, apalagi kami memilih tak menggunakan guide, tapi foto-fotolah yang membuatnya menjadi lama. iya, berbagai sudut di Lawang Sewu ini cocok sekali jika digunakan untuk foto #OOTD.

“Kalau anakku dibawa ke sini, pasti enggak akan betah deh, pasti lari-larian muluk terus minta pulang.”

Ada benarnya juga kata-kata Teh Nana tersebut. Untuk Balita pilihan wisata ke Lawang Sewu rasanya kurang tepat. Bangunan luas dengan tangganya yang tinggi tentu lebih berisiko daripada ketika berkunjung ke Kuil Sam Poo Kong, destinasi kami selanjutnya di Semarang ini.

This slideshow requires JavaScript.

Oiya, ini link tentang sejarah Lawang Sewu yang lebih lengkap. Termasuk juga sejarah tentang penjara bawah tanahnya.

 

bandung, 15/2/16

 

13 thoughts on “Mari Ke Semarang Demi #OOTD

    • iyah, kalo sepi emg rada serem. kmaren kehilangan temen aja, nyari2nya rada susah. masuk pintu satu ke pintu lainnya ga nemu2

      mungkin kmren gara2 settingannya bener2 mau poto2 ahaha.. jadi sok iye sok nyante.. 😀

      Like

Leave a comment