lihatlah di beranda, dedaun jatuh berserak sebagai serpihan rindu yang ingin kusapu.
“percuma kau sapu dedaun itu, karena ia akan terus berguguran layaknya rindu yang tak tahu malu.”
apakah perlu kusulut api, agar ia hanya menyisa abu?
“abu itupun akan lesap bersama tanah yang kan menyuburkan rindu dedaun pada embun.”
jadi lebih baik kubiarkan ia terus bertumbuh, mengakar dari ketabahan tanah, merimbun keikhlasan dedaun, meski pada akhirnya akan jatuh oleh angin yang sama yang membisikkan kata-kata berbeda?
“rindu adalah rindu, ia terus meluruh pada daun, rebah bersama dzikir2 tanah. rindu adalah rindu, ia rasa paling tabah yg menjelma doa saat awan merindu hujan. rindu adalah rindu, ia adalah sekat terjauh dari hatihati yang paling dekatpun. sebab ia rindu, jeda yang nyata diberikan Tuhan agar cinta kembali menemui kebermaknaannya.”
(hujanbandung, 13.10)
mengingatkanku pada satu rindurindu pada yang tak mungkin lagi bisa bertemu….
LikeLike
rindu…. satu terlepas hadir kerinduan berikutnya
LikeLike
Indah …*membaca tulisan indah sambil berteduh dan mendengarkan suara hujan “Ì® Æ—Æ—É?Æ—Æ—É?Æ—Æ—É? “Ì®
LikeLike
mba, ini setelah ‘sebab ia rindu’ di wp?jam yg tertera, beda. 😀
LikeLike
satu..per satu..daun..daun…berguguran tinggalkan tangkainya..hehehhee…
LikeLike
iyah, TT
LikeLike
persis, seperti daun jatuh ituh. 🙂
LikeLike
udah gak ujaan lagi skarang ;d
LikeLike
ini versi lengkapnya.dan emang postingnya duluan di wepe ;d
LikeLike
*suaranya bagus, Mba 😉
LikeLike
puisi kuat….
LikeLike
uhm? maksudnya?
LikeLike
maksudnya puisi yg kuat… 🙂
LikeLike
iya yah?*masihmikir ;d
LikeLike
ajarin nulis begini dong~
LikeLike
Hw.. ngecee..
LikeLike
lagi mentoooog *nabrak tembok*
LikeLike
senabarak2nya juga tetep oke2 tulisannya.huuft
LikeLike
huaaaaasukaaaaaaajarinnnnnnnhihihi… ajarin ampe jebot juga mbak gak mudeng2.ol dari hape, agak ribet bewe
LikeLike
ih, Mba Anaz kereeenini BW yg kemaren dibilang ituh?bener2 mapai satu2 🙂 *saluut
LikeLike
Iyes, tapi maaf gak bisa baca semua hehehe
LikeLike