jurnal tanpa titik

entah hujan keberapa di kota ini,
aku masih tergugu bersanding dengan tetesannya
yang berkejaran bersama tetestetes dari selangselang putih.
(jogja, suatu hari di Febuari)
ini perjalanan yang panjang. teramat panjang. dan aku sudah bilang kepadamu, kepada mereka. ini perjalanan yang indah. teramat indah, meski takmudah. aku juga sudah bilang kepadamu. kepada mereka.
tawa itu masih tersisa di petirahan. senyummu terpahat di dinding-dinding putih bermatahari. melayang pandang berkejaran dengan abu harihari. kau tersenyum. aku tersenyum. aku tertawa. kau memandang jenaka.
“..sebab bersamaNya, semua jalan adalah jalan-jalan keindahan.”
 
bulir bening yang diamdiam mengaliri pipi itu bukan jejak pedih. ia adalah wangi aroma sabar. kau tebar melalui binar yang taksamar. seperti permen, kau kulum ia dalam bingkai senyum. ah, aku taksedang mengada-ada. aku dan kau selalu tersenyum, bahkan tergelak kita. bersama berusaha mengurai simpul kado berpita merahmuda dariNya.
Allah begitu sempurna menyiapkannya. bukankah semua akan indah pada waktuNya?
(kangen, 291111-06.21)
tepat setahun, waktu yang menurutNya tepat untuk membuat hati-hati kita kuat. tapi sungguh pelajaran ini adalah sepanjang umur. luv u, Pak..
 
 
 
 

19 thoughts on “jurnal tanpa titik

Leave a comment