“tapi sampai kapan?”
wajar sebenarnya mengucapkan kalimat tersebut ketika kita mendapat sebuah ujian atau apalah namanya. tapi ibarat mengerjakan soal ujian, bukankah sang pemberi soal-lah yang menunggu kapan kita bisa menyelesaikan ujian tersebut. sampai dimana kemampuan kita mengerjakan soal sesuai dengan materi yang sebenarnya juga telah diberikan. pun ketika kita tak bisa menyelesaikan ujian dengan baik, biasanya akan ada remidi.
ah, bukankah Ia tak pernah ingkar janji. takkan ada beban tanpa pundak, kawan. takkan Allah memberikan beban melebihi kemampuan. berjanjilah untuk lulus pada ujian kali ini, hingga Allah takkan memberikan remidiNya.
semangat satu ramadhan! mana targetanmu, Tin?!
dapet sms : udah berapa juz tilawahnya? #deg
LikeLike
ikutan #deg 😦
LikeLike
Yuk hayuk semangat semangatt 😀
LikeLike
smangaaat pagi, Nengpit! *lirik jam ;d
LikeLike
hihi semangat pagi mb tin.:-D
LikeLike
Ikutan.. Semangat sahur semua.. ‎​​Hiiii:D..Hiiii:D..Hiiii:D..Hiiii:D..:D
LikeLike
Udah tanggal 3
LikeLike
mb dian: udh baikan? smangaat!topenkkeren: jurnal telat posting. yg dua udh nulis msh males posting. hw.. penyakit, males crita.
LikeLike
Masih ada 27 hari. Semangat! 🙂
LikeLike
Dibaik2in aja.. Hehe..Otw to bandara soeta ni Tin..Doain ya, lancaarr.. Hehe
LikeLike
Saya kemarin tertohok dengan kalimat ini…Bukannnya target Ramadhan harusnya adalah menjadi pribadi yang (lebih) bertaqwa…? Bukan sekedar amalan yaumiyah yang harusnya sudah biasa kita lakukan…
LikeLike
semangat …!mari kita shaum di bulan ramadhan ini … he he he …
LikeLike
‘sampai kapan?’ *berasakesindir* 😀
LikeLike
smangaaat! 😉
LikeLike
siiaap. takdoain dari sini, Mbak.*nunggu report perjalanan. #halah ;d
LikeLike
😦 iyah
LikeLike
maariii kita smangaat 🙂
LikeLike
;d
LikeLike
Semangaats…nunggu bedug 😀
LikeLike
semangKaaa..:)
LikeLike