Aku suka hujan.
Suka segala yang berhubungan dengannya. Suka ricik yang terdengar begitu menyejukkan. Suka bau basah tanah yang ditinggalkan. Suka melihat alirannya yang acap menimbulkan tempias dikaca jendela. Suka melihat payung warna-warni yang bermekaran diantaranya. Ah, ya ada lagi. Aku selalu suka jejak hujan yang ditinggalkan di dedaunan. Ia bening berkilau, menjadikan daun itu suci dari debu yang biasanya menempel, sebab angin menerbangkan remah-remah tanah dipermukaannya.
Ssstt.. aku punya satu rahasia hebat.
Kau mau aku kasih tahu? Tapi janji jangan bilang ibu, janji juga jangan mengatakan kepada ayah. Aku punya Pohon Hujan! Iya, Pohon Hujan. He? Apa kau tak percaya? Baiklah, akan kuteruskan ceritaku tentangnya. Tapi berbisik saja ya..
Pohon Hujan itu berada disamping rumahku. Tepat disebelah jendela kamarku. Bahkan angin seringkali menerbangkan daun yang sudah mengering kedalam kamarku. Aku tak pernah tahu nama pohon itu dan memang tak pernah mau tahu. Sebab aku lebih suka menyebutnya dengan Pohon Hujan saja. Kedengarannya lebih romantis bukan?
Pohon itu menyimpan segala cerita tentang aku dan hujan. Apakah kau pikir hujan itu hanya air yang tumpah dari langitNya? Ah, kau salah kalau begitu. Makanya kunamakan pohon hujan, karena ia bisa menghadirkan hujan dalam berbagai warna dan bentuk. Terserah kau mau percaya atau tidak. Tapi yang jelas bertahun-tahun sudah pohon itu menyimpan segala rahasia tentang harapan dan doaku. Tentang cinta bahkan luka yang sempat mendera hidupku sedari kecil.
Kisah hidupku terekam rapi pada rimbun dedaun yang hijau meneduhkan jiwa. Sebab ia seringkali berbisik menenangkan saat resah tengah melanda. Tentunya angin yang mengisyaratkannya kepadaku dengan gesekan daun-daun itu. Akar pohonnya bisa menyerap air mata yang menetes dari kedua pipiku. Sebanyak apapun airmata yang mengalir, maka dengan cepat pula ia akan menyerapnya. Tanpa mengeluh, tanpa pernah bertanya atau memarahiku karena sesenggukan di kediamannya. Dan jika hujan tiba, maka aku akan makin bahagia. Sebab ia akan menyamarkan airmata yang tak henti mengaliri pipi. Dan aku tahu, sang pohon sedang tersenyum padaku lewat kilau dedaun karena hujan juga telah meringankan tugasnya menyembunyikan airmataku. Meski aku menangis, tapi aku bahagia bersama hujan. Berteduh dibawah Pohon Hujan.
Aku juga sering berkisah tentang bahagia kepadanya. Dan seperti biasa, angin akan menerjemahkan tawa sang pohon dengan menggugurkan bunganya yang berwarna merah jambu. Amboi, betapa bahagiaku makin membuncah. Ada hujan merah jambu disamping rumahku. Tanahpun menjadi merah jambu dibuatnya. Tak jarang, jilbab yang kukenakan juga penuh dengan serbuk benang sarinya.
Hei, indah bukan? Kau pasti iri denganku. Apalagi kalau kau merasakan kesegaran buahnya yang berbentuk seperti apel, segar seperti melon, hmm..warnanya ungu seperti anggur. Jangan-jangan kau ingin mengambil alih Pohon Hujanku. Hw..
Tapi yang paling kusuka dari semuanya adalah Dia.
Ya, Dia hadir disetiap hujan itu. Aku bisa berdoa sepuasnya saat langit berbagi berkah lewat hujannya. Aku juga akan semakin menghiba padaNya saat gerimis menderas di hatiku dan segera menjelma menjadi airmata. Aku juga tak lupa bersyukur ko, untuk hujan merah jambu yang selalu menyertai cerita bahagiaku. Karena Dia, Allah. Maka aku sangat mencintai segala warna hujan dibawah pohon itu.
*naskahgagal*
Ih, keren ini. Sungguh deh.Betewe, apa itu? Petrichooorrr.. *hore
LikeLike
saya juga suka hujandan wangi petrichor setelah hujan… :))
LikeLike
Ku suka hujan-hujanan 😀
LikeLike
kenapa menurutmu ini gagal?apakah karena kau menulisnya saat tak hujan? he he he …
LikeLike
hww.. keren apaan?iyoi.. petrichooor!! huurraaay…
LikeLike
sukaaa sangaaat saya juga ;d
LikeLike
*sy suka mencuri waktu untuk hujan2an ;d
LikeLike
ahaha.. betul juga.;p
LikeLike
naskahnya gagal krn kehujanan dan tulisannya jd hilang yah…
LikeLike
ahahah.. Mas Rifky bisa ajah.*pengelaman sendiri, nulis pake spidol dan kosan banjir. ilaaang dah tuh satu buku tulisannya ;d
LikeLike
mau dong pohonnya 🙂
LikeLike
*pejamkan mata.. dan berkunjunglah ke kamarku yaah, ntar tak ajak berteduh dibawahnya ;d –ada hujanmerahjambu loh! #halah! ;d
LikeLike
sukaaaaaa…kereeeenn…dan pohon hujannya, aku juga mauu punya pohon hujan…sayang, di rumahku gak ada 😀
LikeLike
hujan slalu bisa menjadi inspirasi..
LikeLike
*memejamkan mata*#bingung terus kemana inii? :p
LikeLike
Tuhan dalam baris-baris hujan.
LikeLike
*ikuti kata hati ikuti kata hati, utara utara! ;p
LikeLike
trimakasih ^,^bikin ajah Mba Pohon Hujannya di rumah barunya ntar 😉
LikeLike
beeetuuul, sefaa 🙂
LikeLike
yup! laikdis ^,^
LikeLike
koyongene gagal njuk sing berhasil koyo ngopoo..ckckckckkeren mbaaaaaaaa…….. n_nb
LikeLike
he? asli tumbeeen.2 komene Fajar sesuai tema tanpa senyum prengas prenges;p
LikeLike
bwahahaha..obatq lagi entek.. =))
LikeLike
oh, ngoteeen.pantesaaan ;pahahhaha
LikeLike
Teteeeh… *barubaca*
LikeLike
*beli kompas*:D
LikeLike