ramah, senyum, selaturahmi

bismillah

Ramah itulah yang melekat pada masyarakat kita. Meski jika kita hidup di perkotaan dengan perumahan yang hanya di jaga oleh para pembantunya hal tersebut tak tampak selalu benar.

beberapa waktu lalu. aku sedikit kaget. Saat ngantri pendaftaran di RSU Kebumen tiba2 di salamin oleh ibu-ibu. dan kemudian ibu tersebut menyalami semua yang tengah antri di ruang pendaftaran tersebut. Begitupula tadi, saat ngantri untuk bayar rekening air. Ada ibu-ibu datang dan kemudian salaman juga. nice moment
Pemandangan itu jarang kujumpai di Bandung, apalagi Jakarta. Tapi Bandung masih mendinglah, Mang angkot, penjual2 kaki lima supir maupun kondektur bus masih ramah. Sempet kaget, waktu naik metromini di Jakarta, gak seperti di Bandung yang pas mw turun aja masih diingetin “hati2 neng, kaki kiri dulu” atau “liat belakangnya neng..” Dijakarta hal tersebut merupakan pemandangan yang langka. Alih-alih menunggu metromini benar-benar berhenti, yang ada di suruh cepet2 turun. Hmm.. gak tw juga siy, da saiah mah bentaran doang jalan2 di Ibukota Indonesia tersebut. Gak semuanya begitu tentunya.
Temanku pernah menantangku; “Aku pengen liat kamu kerja di Jakarta Tin, bisa gak kamu masih seramah ini.” Ya.. ya.. aku juga pernah mendatangi salah satu kantor untuk tes kerja. Dan resepsionisnya seorang akhwat. Sang akhwat tersebut cuek aja, tanpa mempersilahkan saya duduk. Dan kemudian saya yang meminta ijin untuk ikut duduk serta meminjam beberapa majalah, untuk kemudian saya di biarkan tanpa di tanya sedikitpun. Patinya khwat tersebut berfikiran, silahkan kalau mw duduk, gak ijin jg gpp. Silahkan kalau mw baca majalah, sebab majalah itu memang disediakan untuk anda.
Saya hanya berfikir, kalau saya yang ada di posisi beliau tentunya saya akan menyapa, menawarkan majalah untuk di baca sembari menunggu atau sekedar ngobrol ringan karena saya saat itu juga jauh2 langsung dari Bandung.
Tapi terlepas dari semuanya, tentunya itu hanyalah kasuistik. Tak dapat di pukul rata untuk semua tempat atau semua orang. Dulupun saat baru sampai di Bandung untuk kuliah, akhwat2nya tentu tak seramah di Kebumen. Da meuren belum kenal juga. Pun sekarang, teman saya bilang.. “Akhwat Bandung mah masih lumayan tin. Entah karena suasana kerja, atau apalah jadi gak seramah di Bandung.”
Ukhuwah memang anugrah, saat pertama masuk Rohis saya tertarik karena ukhuwahnya. Dan di buku kenangan pas keluar SMU, quote saya adalah “senyumlah untuk ukhuwah.”
Berharap bisa menjadikan senyum adalah sedekah. Dan kecipratan berkah dari silaturahmi.
*sebuah refleksi diri ttg caraku bersilaturahmi
-weww.. tulisannya acak adut, msh blajaran-

5 thoughts on “ramah, senyum, selaturahmi

Leave a comment